Jejakdarah - Mansa Musa, atau Musa I dari Mali, merupakan salah satu tokoh paling legendaris dalam sejarah Afrika dan dunia Islam. Ia dikenal luas sebagai orang terkaya sepanjang masa bahkan kekayaannya diyakini melebihi tokoh-tokoh miliarder modern seperti Elon Musk atau Jeff Bezos. Namun, selain kekayaannya yang luar biasa, Mansa Musa juga dikenang karena kontribusinya terhadap kemajuan pendidikan, arsitektur, dan penyebaran Islam di Afrika Barat.
Siapa Itu Mansa Musa?
Mansa Musa adalah kaisar ke-10 Kekaisaran Mali yang memerintah dari tahun 1312 hingga 1337. Ia naik takhta setelah pendahulunya, Abu Bakr II, melakukan ekspedisi laut yang tidak pernah kembali. Nama “Mansa” sendiri berarti "raja" atau "kekaisar" dalam bahasa Manding, bahasa asli suku Mandé di Afrika Barat.
Kekaisaran Mali pada masa Mansa Musa membentang luas dari wilayah modern Senegal hingga ke bagian barat Nigeria. Dengan menguasai wilayah yang kaya akan emas dan pusat-pusat perdagangan utama, kekuasaan Musa tidak hanya bersifat politis, tetapi juga ekonomi dan budaya.
BACA SEKARANG: Mengenal Dark Triad, Tiga Sisi Gelap Kepribadian Manusia
Kekayaan yang Tiada Banding
Salah satu hal yang membuat Mansa Musa dikenal dunia adalah kekayaannya yang luar biasa. Menurut laporan dari berbagai sejarawan dan ahli ekonomi, ia memiliki kekayaan yang begitu besar sehingga sulit untuk diukur dengan standar modern. Sebagian besar kekayaannya berasal dari tambang emas di Mali, yang pada waktu itu merupakan salah satu sumber emas terbesar di dunia.
Kekayaan Musa mencapai puncaknya ketika ia melakukan perjalanan haji ke Mekah pada tahun 1324. Rombongan Musa terdiri dari puluhan ribu orang, termasuk tentara, pelayan, budak, dan unta yang memikul emas dalam jumlah besar. Sepanjang perjalanannya, terutama di Kairo dan Madinah, ia membagikan emas kepada rakyat, masjid, dan fakir miskin. Bahkan, menurut beberapa sumber, pemberian emas Musa menyebabkan inflasi besar di Mesir yang berlangsung selama lebih dari satu dekade.
Haji yang Mengguncang Dunia Islam
Perjalanan haji Mansa Musa bukan sekadar ibadah spiritual, melainkan juga pernyataan kekuatan politik dan ekonomi Mali kepada dunia Islam. Ia membangun masjid-masjid sepanjang rute perjalanannya dan menunjukkan kepada dunia bahwa Afrika Barat bukan wilayah terisolasi, melainkan bagian dari dunia Islam yang aktif dan kaya.
Setelah kembali ke Timbuktu, ia membawa serta banyak arsitek, cendekiawan, dan ulama dari Timur Tengah. Ini menjadi titik balik penting dalam pengembangan arsitektur Islam dan sistem pendidikan di Afrika Barat.
BACA SEKARANG: Cerita Kelam Hutan Aokigahara, Tempat Orang Jepang Bunuh Diri
Kontribusi terhadap Pendidikan dan Kebudayaan
Salah satu warisan terbesar Mansa Musa adalah transformasi kota Timbuktu menjadi pusat ilmu pengetahuan dan budaya Islam. Ia mendirikan Universitas Sankore, yang pada masa kejayaannya menjadi salah satu pusat pendidikan Islam paling terkemuka di dunia. Ratusan sarjana, penulis, dan pelajar dari berbagai penjuru datang untuk belajar di sana.
Koleksi manuskrip di perpustakaan Timbuktu mencakup ilmu agama, astronomi, matematika, hukum, kedokteran, dan banyak lagi. Beberapa naskah kuno yang masih ada hingga kini menjadi bukti bahwa Afrika Barat memiliki peradaban literasi yang maju sejak abad ke-14.
Arsitektur yang Menginspirasi
Selain pendidikan, Mansa Musa juga memperkenalkan gaya arsitektur Islam yang khas di wilayah Mali. Ia mempekerjakan arsitek asal Andalusia dan Mesir untuk membangun masjid dan gedung-gedung pemerintahan. Salah satu hasil karya yang paling terkenal adalah Masjid Djinguereber di Timbuktu, yang masih berdiri hingga saat ini sebagai situs warisan dunia UNESCO.
Masjid ini dibangun dengan teknik bangunan lumpur yang khas Afrika Barat, dan menjadi simbol integrasi budaya lokal dengan gaya arsitektur Islam klasik. Sampai sekarang, masjid ini tetap menjadi pusat ibadah dan juga daya tarik wisata sejarah.
Mansa Musa dalam Peta Dunia
Saking terkenalnya, Mansa Musa bahkan digambarkan dalam peta dunia Catalan Atlas yang dibuat oleh kartografer Eropa pada abad ke-14. Dalam peta tersebut, ia dilukiskan duduk di atas takhta emas, memegang tongkat dan sebuah bongkahan emas besar simbol kekuasaan dan kemakmurannya.
Hal ini menjadi penting karena memperlihatkan bagaimana dunia luar mulai mengenal Afrika Barat sebagai kekuatan besar yang patut diperhitungkan. Dengan kata lain, Mansa Musa mengangkat profil Afrika di mata dunia, jauh sebelum era kolonialisme.
Warisan dan Relevansi Modern
Warisan Mansa Musa tetap terasa hingga kini. Ia bukan hanya tokoh penting dalam sejarah Afrika, tetapi juga simbol penting bagi umat Islam dan masyarakat global tentang potensi kekuatan ekonomi dan budaya Afrika.
Dalam konteks modern, banyak tokoh dan pemimpin Afrika merujuk pada Mansa Musa sebagai inspirasi dalam membangun kembali kejayaan Afrika melalui pendidikan, kemandirian ekonomi, dan pelestarian budaya.
Bahkan dalam budaya populer, nama Mansa Musa sering muncul dalam musik, film dokumenter, hingga game video sebagai ikon kekayaan dan kebesaran masa lalu yang jarang diketahui publik secara luas.
Fakta Edukatif Menarik tentang Mansa Musa
- Ia membagikan begitu banyak emas saat berhaji hingga menyebabkan krisis ekonomi di Mesir.
- Universitas Sankore di Timbuktu pada masa Musa lebih tua dari Universitas Oxford.
- Ia membawa serta ribuan orang dalam rombongan haji, termasuk 100 unta yang masing-masing membawa 135 kg emas.
- Beberapa arsitek yang ia pekerjakan ikut memperkenalkan teknik bangunan lumpur tahan lama yang masih digunakan di Afrika Barat.
- Timbuktu, berkat Musa, menjadi salah satu pusat literasi dan budaya paling penting di Afrika dan dunia Islam.
Mansa Musa bukan hanya sekadar raja kaya raya, tetapi juga seorang pemimpin visioner yang menggunakan kekayaannya untuk memajukan pendidikan, budaya, dan keagamaan rakyatnya. Dalam sejarah dunia, ia adalah bukti bahwa Afrika memiliki peradaban yang kaya, cerdas, dan berpengaruh jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa.
Dengan mengenang Mansa Musa, kita diajak untuk memahami betapa pentingnya literasi sejarah dan menghargai kontribusi Afrika dalam membentuk dunia yang kita kenal saat ini.
0 Komentar