Info

6/recent/ticker-posts

Mengetahui Tradisi Harakiri, Sebagai Budaya Bunuh Diri yang Terhormat di Jepang

Mengetahui Tradisi Harakiri, Sebagai Budaya Bunuh Diri yang Terhormat di Jepang

Tradisi Harakiri
Tradisi Harakiri

Tradisi Harakiri, Sebagai Budaya Bunuh Diri yang Terhormat di Jepang - Banyak dari kita pasti mengenal kata Harakiri pada film yang bertema samurai, nah dalam topik kali ini kita akan bahas tentang Budaya Harakiri di Jepang yuk di simak baik-baik. 

Perlu diketahui bahwa Harakiri adalah sebuah bentuk bunuh diri yang dilakukan oleh samurai di Jepang dengan cara merobek perut dan mengeluarkan usus. 

BACA JUGA : Cerita Kelam Hutan Aokigahara, Tempat Orang Jepang Bunuh Diri

Harakiri dan seppuku memiliki arti yang sama, yaitu "potong perut", harakiri adalah bagian dari kode etik samurai yang disebut bushido, yang mengatur tentang kehormatan, kesetiaan, keberanian, dan kematian.

Tradisi harakiri bermula dari abad ke-12, ketika Jepang dilanda perang saudara antara klan-klan samurai. Samurai yang kalah dan hidup dalam perang menganggap dirinya adalah aib para klan dan mencontreng nama baik para samurai. 

Cara mereka membayar kesalahan yang fatal, atau mengembalikan kehormatan yang hilang, memilih untuk melakukan harakiri sebagai cara mati yang terhormat untuk membuktikan bahwa diri mereka merasa menyesal. Harakiri juga dianggap sebagai tanda pengabdian dan loyalitas kepada tuan atau penguasa.

Harakiri memiliki dua jenis, yaitu sukarela dan di paksa. Harakiri sukarela adalah ketika samurai melakukan bunuh diri atas kemauan sendiri, biasanya karena alasan pribadi atau politik. Harakiri paksa adalah ketika samurai diperintahkan untuk melakukan bunuh diri oleh tuan atau penguasa, biasanya karena alasan hukuman atau disiplin. 

Harakiri Memiliki Proses dan Ritual yang Ketat dan Rumit.

Samurai yang akan melakukan harakiri harus mempersiapkan diri secara fisik dan mental. Ia harus mandi, mengenakan pakaian putih bersih, menulis puisi terakhir, dan berdoa. Ia juga harus memilih orang yang akan menjadi kaishakunin, yaitu orang yang bertugas untuk memenggal kepalanya setelah ia memotong perutnya. Kaishakunin biasanya adalah teman dekat, kerabat, atau atasan dari samurai tersebut.

Samurai yang akan melakukan harakiri harus duduk bersila di atas tikar dengan pedang pendek di depannya. Ia harus mengambil pedang tersebut dengan tangan kanannya dan menusukkannya ke arah perutnya. Ia harus menggunakan pedang tersebut untuk membuat sayatan mendatar dari kiri ke kanan di bawah pusarnya. Ia harus menahan rasa sakit dan tidak menunjukkan ekspresi wajah apa pun. Setelah ia membuat sayatan tersebut, kaishakunin harus segera memenggal kepalanya dengan satu tebasan cepat dan tepat.

Selain Kehormatan dan Kesetiaan Dalam Melakukan Harakiri , Inilah Nilai-nilai yang Terkandung Dalam Kode Etik Bushido Adalah :

Keberanian (yūki 勇気): Kemampuan untuk menghadapi rasa takut, bahaya, kesulitan, atau rasa sakit tanpa menyerah atau menghindar. 

Kebenaran (gi 義): Kesesuaian dengan kewajiban moral, hukum, atau norma sosial.

Berbuat baik (jin 仁): Perasaan kasih sayang, simpati, dan empati terhadap sesama makhluk hidup.

Menghormati (rei 礼): Penghargaan terhadap martabat, hak, dan kepentingan orang lain. 

Ketulusan (makoto 誠): Kesungguhan dalam menunjukkan perasaan, pikiran, atau niat yang
 sebenarnya.

Pengendalian diri (seijitsu 精実): Kemampuan untuk mengatur emosi, nafsu, atau hasrat yang dapat mengganggu keseimbangan diri. 

Harakiri adalah tradisi yang sangat menyakitkan dan mengerikan, tetapi juga sangat mengagumkan dan menginspirasi pelajaran nilai hidup manusia. 

Tradisi ini menunjukkan betapa tingginya nilai kehormatan dan harga diri bagi samurai Jepang. Tradisi ini juga menjadi simbol budaya Jepang yang unik dan berbeda dari budaya lainnya. Tradisi ini telah berakhir pada abad ke-19, ketika Jepang mulai modernisasi dan membuka diri terhadap pengaruh Barat. Namun, tradisi ini tetap hidup dalam ingatan dan imajinasi orang Jepang hingga saat ini.

Posting Komentar

0 Komentar

Recent, Random or Label