Ad Code

Responsive Advertisement

Info

6/recent/ticker-posts

Fakta Medis di Balik Ketakutan Penderita Rabies terhadap Air


Jejakdarah - Fakta Medis Kenapa Orang Rabies Takut AirRabies adalah penyakit infeksi akut yang menyerang sistem saraf pusat dan hampir selalu berakibat fatal jika tidak ditangani sebelum gejala muncul. Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang biasanya ditularkan melalui gigitan hewan terutama anjing, kucing, atau hewan liar seperti kelelawar dan rakun.

Begitu virus masuk ke tubuh, ia bergerak menuju otak dan menyebabkan peradangan yang mengganggu fungsi neurologis. Masa inkubasi virus rabies bisa bervariasi, biasanya dari beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung lokasi gigitan dan jumlah virus yang masuk. 

Kenapa Penderita Rabies Takut Air?

Salah satu gejala paling unik dan mengerikan dari rabies adalah munculnya ketakutan ekstrem terhadap air, yang disebut hidrofobia.

Hidrofobia bukan sekadar rasa takut terhadap air seperti fobia yang dialami sebagian orang. Pada penderita rabies, hidrofobia adalah respons refleks tubuh terhadap kerusakan sistem saraf, terutama bagian otak yang mengatur proses menelan dan sistem pernapasan.

Virus rabies menyebar melalui saraf menuju sistem saraf pusat, lalu menyerang medula oblongata, pons, dan area lain yang mengendalikan fungsi motorik dan otonom. Saat penderita mencoba menelan air, otot-otot tenggorokan malah berkontraksi secara tidak terkendali dan menyakitkan. Bukan hanya menimbulkan rasa sakit, reaksi ini juga memicu panik yang luar biasa.

Akibatnya, penderita secara refleks mulai menolak untuk minum dan bahkan bisa panik hanya dengan melihat air atau mendengar suara air mengalir. Kondisi ini membuat tubuh semakin dehidrasi dan mempercepat proses kematian.

Gejala Lain yang Menyertai Hidrofobia

Selain ketakutan terhadap air, rabies pada tahap lanjut juga disertai dengan:

  • Kejang otot laring dan faring: Ketika penderita mencoba menelan, otot-otot ini mengalami kejang, menyebabkan rasa sakit hebat.

  • Refleks pernapasan terganggu: Air yang coba diminum bisa memicu refleks batuk atau tersedak yang tak terkendali.

  • Respons otonom abnormal: Sistem saraf otonom terganggu, sehingga penderita bisa berkeringat dingin, berdebar hebat, hingga sesak napas hanya dengan melihat air.

  • Penguatan visual dan pendengaran: Tidak hanya saat menelan, melihat air atau mendengar suara air pun bisa memicu kejang atau serangan panik akibat asosiasi langsung dengan rasa sakit yang sebelumnya dialami.

Ini menjelaskan mengapa penderita rabies sering digambarkan “mengeluarkan busa dari mulut” karena air liur menumpuk dan mereka tidak bisa menelannya.

Kasus Nyata: Rabies di Indonesia

Rabies masih menjadi masalah serius di beberapa daerah di Indonesia, terutama di wilayah dengan populasi hewan liar atau peliharaan yang belum divaksinasi.

Contoh kasus: Di Bali, beberapa tahun lalu, sempat terjadi wabah rabies yang menyebabkan puluhan korban jiwa. Banyak dari mereka tidak langsung mendapatkan vaksin rabies setelah digigit anjing, sehingga virus sempat berkembang dan menimbulkan gejala fatal, termasuk hidrofobia.

Kenapa Rabies Bisa Sebegitu Mengerikan?

Rabies termasuk dalam kategori penyakit neurotropik artinya, virus ini punya afinitas tinggi terhadap jaringan saraf. Setelah digigit, virus tidak langsung menyebar lewat darah, tapi bergerak melalui saraf perifer ke otak. Inilah sebabnya mengapa masa inkubasinya bisa bervariasi tergantung lokasi gigitan semakin dekat ke kepala, semakin cepat virus mencapai otak.

Begitu gejala neurologis muncul, seperti hidrofobia, kemungkinan sembuh hampir nol. Virus telah mencapai otak dan menyebabkan ensefalitis berat.

Apa yang Harus Dilakukan Setelah Digigit Hewan?

Jika Anda digigit oleh hewan, tindakan cepat sangat penting:

  1. Cuci luka dengan sabun dan air mengalir selama 15 menit.

  2. Segera ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan vaksin post exposure prophylaxis (PEP).

  3. Laporkan hewan yang menggigit ke pihak berwenang untuk observasi.

Semakin cepat Anda bertindak, semakin besar peluang untuk mencegah virus berkembang dalam tubuh.

Pencegahan: Kunci Menghindari Rabies

Langkah terbaik untuk melindungi diri dan keluarga dari rabies adalah:

  • Vaksinasi hewan peliharaan secara berkala

  • Hindari kontak langsung dengan hewan liar

  • Ajari anak-anak agar tidak bermain dengan hewan asing

Apa Kata Dunia Medis Tentang Rabies?

Menurut WHO, rabies termasuk 100% fatal setelah gejala muncul, namun 100% bisa dicegah jika ditangani dengan benar sebelum gejala timbul. Ini menjadikan rabies unik dibandingkan banyak penyakit lain.

Hidrofobia juga menjadi salah satu indikator klinis utama yang digunakan dokter untuk mendiagnosis rabies saat belum ada hasil laboratorium. Kehadiran gejala ini menjadi “tanda merah” bagi tenaga medis bahwa infeksi telah memasuki tahap akhir.

Edukasi Masyarakat Sangat Penting

Sayangnya, masih banyak masyarakat yang tidak paham tentang urgensi penanganan rabies. Banyak korban baru mencari pertolongan medis setelah muncul gejala seperti demam atau sulit menelan—yang berarti sudah sangat terlambat.

Padahal, vaksinasi post-exposure prophylaxis (PEP) sangat efektif jika diberikan segera setelah tergigit. PEP mampu menghentikan virus sebelum mencapai sistem saraf pusat.

Hidrofobia pada rabies bukan sekadar fobia, melainkan gejala neurologis yang menandakan virus telah menginfeksi otak. Ketakutan ekstrem terhadap air ini merupakan kombinasi dari rasa sakit, kejang refleks, dan trauma saraf. Karena itu, mendeteksi dan menangani rabies sejak awal adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa.

Jangan pernah meremehkan gigitan hewan, sekecil apapun. Pencegahan lewat vaksin, edukasi masyarakat, dan tanggap darurat setelah gigitan adalah kunci untuk menghindari penderitaan tragis akibat rabies.

Posting Komentar

0 Komentar

Recent, Random or Label